24/06/14

0

Mereka Lebih Mulia

Posted on 24 Juni 2014



Merekalah yang membuat saya terharu, merekalah yang patut dihargai di negeri ini. Perjuangan mereka untuk tidak meminta-minta itu luar biasa. Saya selalu membiasakan diri untuk tidak memberi uang secara cuma-cuma kepada pengemis, bukan karena saya pelit, tetapi saya tidak ingin menjadikan hal itu (minta-minta) sebagai suatu kebiasaan buruk di negeri ini. Seberapa kecil usaha seseorang untuk tidak meminta-minta masih lebih berharga daripada tangan di bawah.
_________________________________________________________________________________
It is they who made ​​me cry, they are commendable in this country. Their struggle for not begging was incredible. I always get used to do not give money freely to beggars, not because I am a cheapskate, but I do not want to make it (begging) as a bad habit in this country. How small effort do not begging still more valuable than hands under.

0

Mengexplore Vihara


Mereka adalah sahabat saya, namanya Sari dan Gesa. Ya, saya masih sangat ingat kapan kami mengambil foto ini bersama. Foto ini kami ambil di area sebuah vihara yang berada di puncak gunung. Saat itu kami menempuh perjalanan tidak mudah untuk bisa mencapai vihara. Dimulai dari jalan terjal yang menuju ke arah vihara sampai vihara yang ternyata ditutup rapat-rapat untuk umum.

Akhirnya kami harus memutar otak bagaimana caranya agar tetap bisa masuk ke vihara yang cantik itu, karena sudah terlanjur jauh-jauh kemari. Akhirnya kami sedikit melakukan aksi kriminal (nggak apa-apa asal nggak melakukan keonaran dan kerusakan hehehe).

Kami menuruni sebuah tebing terjal di sebelah vihara tersebut, kemudian kami menemukan tangga yang terbuat dari kayu di sebelah vihara tersebut. Tangga itu sebenarnya dipakai oleh tukang bangunan yang sedang merenovasi vihara tersebut. Tapi karena pada saat itu hari minggu, jadi tidak ada pekerja bangunan yang bekerja.

Tangga yang Menjadi Perantara Kami Melakukan Aksi Kriminal

Akhirnya kami bisa masuk vihara dengan aman. Karena kami dalam status ilegal, otomatis kami harus ekstra waspada, karena takut kalau ketahuan. Dan benar saja, sesaat setelah kami mengambil foto dan berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya dengan langkah begitu pelan agar tidak timbul suara mencurigakan, tiba-tiba dari lantai 3 vihara tersebut nampak biksu sedang berjalan, entah biksu itu menatap kami atau tidak, yang jelas saat itu kami bertiga langsung mematungkan diri. Jantung berdegup kencang, berharap tidak ketahuan dan diusir atau bahkan diberi hukuman. Tapi akhirnya kami lolos dari saat-saat yang menegangkan itu.



Selanjutnya aksi mengambil gambar kami lanjutkan dengan sembunyi-sembunyi, dan keadaan pun terus aman hingga kami selesai menjelajahi vihara tersebut.



Di belakang vihara tersebut terdapat pintu khas rumah-rumah china dan rumah-rumah yang terbuat dari kayu seperti singgasana yang biasa dinaiki oleh raja-raja kemudian dipanggul oleh prajuritnya. Disamping vihara tersebut juga terdapat loteng yang menyerupai bangunan tradisi china yang menjulang tinggi sekitar 3 lantai. Sedangkan di tengah-tengah dari vihara tersebut terdapat taman yang cukup cantik yang mirip dengan suasana di Pulau Bali.

Pimtu yang Mirip dengan Pintu Tradisional Rumah China

Bagian Tengah dari Vihara yang Suasananya Mirip di Pulau Bali

Tak hanya berhenti disitu, kami juga menemukan salah satu hewan langka yang baru kami lihat secara langsung saat itu, yaitu kumbang gajah. Biasanya kami hanya bisa melihat hewan itu melalui film kartun doraemon, tapi kini kami melihatnya secara langsung.

Kumbang Gajah yang Sangat Besar
Sepulang dari vihara tersebut, kami menyempatkan diri untuk membeli es yang menjadi idola ketika kami masih anak-anak, yaitu es Wawan, hahaha, ada yang pernah makan es itu waktu kecil? Adakah yang rindu dengan rasa es itu? Ya, saya salah satu yang rindu sampai sekarang. Es yang melegenda pada saat itu (mungkin hingga saat ini) merupakan es yang murah dan enak, bentuknya yang unik dan warnanya yang indah juga menjadikan es ini beda dari es lainnya.
_________________________________________________________________________________
They are my friends, Sari and Gesa. Yes, I still remember when we took this picture together. This photo we took in the area of ​​a temple located on a mountain top. At the time of our trip was not easy to reach the temple. Starting from the steep road towards the temple, and the temple which turned out to be closed to the public.

Finally we had to rack my brain how can we still able to get into the beautiful temple, because it was already far here. Finally we did a little violent crime (it's okay, as long as not doing mischief and damage hehehe).

We descended the steep cliffs beside the temple, and then we found stairs are made from wood beside the temple. The stairs were actually used by the builder who was renovating the temple. But because at the time it was Sunday, so no construction workers are working.

Finally, we can enter the temple safely. Because we were in an illegal status, automatically we have to be extra vigilant, for fear if caught. And sure enough, shortly after we took the picture and move from one location to another with move so slowly in order to avoid sound suspicious, suddenly from the 3rd floor of the temple appears monk was walking, whether the monk looked up at us or not, which clearly then the three of us immediately freeze themselves. Heart pounding, hoping not to get caught and be punished or even expelled. But finally we get away from the stressful moments.

Further we continue our activities take photos surreptitiously, and situation was kept safe until we finished exploring the temple.

On the back of the temple there is a typical door china houses and homes made ​​of wood similar to the usual throne ridden by kings then borne by the soldiers. Besides the temple, there is a loft that resembles the traditional buildings china towering about 3 floors. While in the midst from the temple there is a beautiful garden which is quite similar to the atmosphere on the island of Bali.

Not just stop there, we also find one of the rare animals that we just saw directly at that time, the animal is the elephant beetle. Usually we only get to see the animals through the Doraemon cartoon movie, but now we see it directly.

Coming home from the temple, we took time to buy ice that becomes an idol when we were kids, the ice Wawan, hahaha, anyone ever eat ice that while still a child? Does anyone miss with taste of that ice? Yes, I am the one that miss until now. Ice which legendary at the time (perhaps until now) is a cheap and tasty ice, the unique shape and beautiful color also makes the ice is different from other ice.

0

Motor Antik



One of the antiquities on display at the Festival "Malang Old Days" is a big motors. Big motor is a term for a type of motorcycle harley. This bike does have a size larger than usual motors. At the festival, visitors are free to take pictures with this antique motorcycles.
___________________________________________________
Salah satu benda antik yang dipamerkan pada Festival "Malang Tempo Doeloe" adalah motor besar. Motor besar adalah sebutan untuk sejenis motor harley. Motor ini memang mempunyai ukuran yang lebih besar dari motor biasanya. Pada festival ini pengunjung bebas berfoto dengan motor antik ini.