07/11/14

0

Tajuk Enang-Enang

Posted on 07 November 2014

Tajuk Enang-Enang

Masih dalam rangkaian cerita perjalanan menuju ke Takengon, beberapa jam yang lalu (sekitar pukul 01.00) saya melewati suatu tempat yang cukup menyeramkan. Menyeramkan di sini tidak ada hubungannya dengan mistis, tetapi lebih ke medan. Memang di tempat ini pemandangan sekitar sangat memanjakan mata saya, tapi medan didepan membuat adrenalin saya meningkat. Bagaimana tidak, sebuah bis yang besar harus bisa melewati suatu jalan yang terjal dan berkelok. Usut punya usut, ternyata tempat ini sudah menjadi tempat yang cukup terkenal dikalangan pengemudi gunung karena medannya yang sangat membahayakan. Ya, Tajuk Enang-Enang adalah nama tempat itu.

Dengan mulut yang selalu mengucap namaNya, berharap medan ini dapat terlewati, dibantu dengan petugas kepolisian yang mengawal kami sejak dari Banda, Alhamdulillah medan berat tersebut bisa kami lewati. Meski sempat beberapa kali teriakan-teriakan rasa takut muncul dari kaum hawa mengiringi perjuangan kami karena mungkin gerakan rem yang mendadak dari supir bis.

Kesan tentang terjal dan keloknya Tajuk Enang-Enang memang menancap kuat di memori setiap orang Takengon. Tapi di sini saya menangkap kesan lain yang baru saya temukan pertama kali di Aceh, mungkin karena saya cukup jarang melancong sehingga baru sekarang saya menyadarinya, hehehe. Ya, kesan kedua saya dengan tempat ini adalah udara dingin yang brrrr. Setiap kata yang terucap dari mulut akan selalu diiringi oleh asap putih yang membuat kita tersenyum-senyum sendiri jika menikmati keadaan ini. Asik, unik, karena memang banyak orang yang cukup jarang mengalaminya, utamanya mereka-mereka yang berdomisili di daerah dataran rendah.

Dan, tidak hanya itu saja. Jauh ke belakang, keadaan saat ini juga mengingatkan saya akan sesuatu. Saya pernah merasakan udara yang sedingin ini, bahkan lebih dingin, di suatu tempat yang amat jauh dari Indonesia. Yes, perjalanan kali ini berhasil membuat saya program sick T_T. Ya, saya jadi ingat masa-masa mendekati winter saat saya di Korea Selatan. Dengan udara yang dingin, asap yang muncul setiap kita menarik nafas, telinga yang mati rasa, bibir yang kering, jari tangan yang mati dan telapak kaki yang mati, semua itu pernah saya rasakan, terlebih saat saya jalan-jalan malam di Kota Gangnam. Hm, cukup, cukup, saya tidak ingin jatuh dalam program sick yang lebih parah, nanti malah nggak jadi bakti sosial, hehehe. Ok, sekian dulu live report dari Takengon.

Terminal Terpadu Paya Ilang Takengon-Aceh Tengah. 071114. Dini hari pukul 4.