01/06/14 - 01/07/14

0

Monumen Trisula, Pantai Pangi & FOCCER-IA3

Posted on 26 Juni 2014

Mulai dari mengunjungi Monumen Trisula
Sampai Pantai Pangi yang elok jelita.
Inilah salah satu kerjaan saya (kami) di saat usia saya (kami) masih muda. Ya, menghabiskan waktu bersama sahabat mengunjungi tempat wisata, entah wisata sejarah maupun wisata alam. Salah satu perjalanan yang sempat kami rasakan adalah perjalanan menyusuri sebagian kecil dari daerah Blitar Selatan. Dimulai dari mengunjungi monumen trisula sebagai saksi sejarah, sampai pantai pangi yang elok.
FOCCER-IA3 dan Monumen Trisula
Dengan mempelajari sejarah, itu tak membuat kami ketinggalan zaman, justru ini memperkaya khasanah ilmu kami. Dapat mengenang perjuangan para pahlawan dan meresapi nilai-nilai heroik yang ia punya, serta mengambil sisi positif dari kejadian tersebut untuk bisa diterapkan dalam kehidupan kita.
Sisi lain dari Momunem Trisula
Menyatu dengan alam juga menjadi salah satu cara bagi kami untuk mensyukuri keagungan ciptaan Allah. Menyusuri tepian pantai bersama, bermain pasir pantai dan membentuk berbagai macam bangunan, sampai bermain air ombak yang seru. Semua kebahagiaan itu, kebahagiaan menyatu dengan alam dan berbaur dengan sahabat, semua itu tak akan tergantikan. Tentu hal ini tak akan pernah terlupakan, dan kami sangat tidak menyesal melakukan hal-hal gila itu di saat kami masih muda (masih SMA).
Bermain Ombak
Saya nggak paham apa yang mereka lakukan :D
Salah satu gaya yang nggak boleh ketinggalan untuk diabadikan saat bermain ke pantai.
Masa muda yang (kata orang) penuh cinta.
Hahaha, kegilaan lain yang kami lakukan.
Kejadian tak terduga, sang ombak datang dengan kencangnya, hahaha.
Inilah kami, sederhana & bahagia.
______________________________________________________
This is one of our work when we were young age. Yes, spending time with best friend visiting tourist attractions, whether historical tourism and nature tourism. One trip we felt that was a trip down a small part of South Blitar area. Starting from visiting Trisula Monument as a witness to history, until Pangi beach which exquisite.

By studying history, it does not make us obsolete, it's enrich our knowledge. Can commemorate the struggle of the hero, permeates the heroic values ​​that he had, and take the positives from the incident to be applied in our lives.

Blends with nature is also one way for us to appreciate the majesty of God's creation. Down the shore together, play sand beach and established various buildings, until play the exciting waves. All the happiness, the happiness blends with nature and mingling with best friend, all of it could not be replaced. Of course this will never be forgotten, and we are not regret do crazy things when we are young.

0

Pekerja Bianglala / Dremolen


Ini merupakan salah satu jenis pekerjaan yang cukup membahayakan. Pria ini bekerja sebagai operator bianglala (atau orang jawa menyebutnya dremolen) di sebuah pasar malam, pasar malam yang selalu keliling dari satu daerah ke daerah lainnya. Bisakah anda bayangkan betapa besar resiko yang harus dia terima jika terjadi sesuatu dengan bianglala tersebut? Mengingat pria ini bekerja tepat di bawah bianglala tersebut. Apakah pria ini telah mendapatkan asuransi kerja yang layak untuk pekerjaan dengan resiko sebesar itu? Semoga saja iya.
______________________________________________________
It is one kind of work that is quite dangerous. This man worked as a Ferris wheel operator (or the Java call dremolen) in a night market, night market constantly traveling from one area to another. Can you imagine how great a risk that must be accepted if there is a fault with the Ferris wheel? Considering this man's right to work under the Ferris wheel. Does this man have to get insurance for a job working with the risk of it? Hopefully yes.

0

Mengenang Pembuatan Video Dokumenter SMASA 2010



Melihat video di atas, saya jadi teringat masa-masa SMA saya yang indah. Masa yang penuh dengan kenakalan dan kebebasan dalam mengekspresikan diri. Masa di mana kita banyak mendapatkan pengalaman yang gokil dan keren abis. Yang tak kalah penting, melihat video tersebut, saya jadi teringat masa-masa angkatan saya (SMASA 2010) yang waktu itu juga membuat video dokumenter sejenis video tersebut. Saat itu kami menjadi angkatan kedua pemproduksi video angkatan di SMASA yang akhirnya sampai sekarang bisa dijadikan tradisi.

Saya saat masih SMA Kelas X
Kebetulan dan alhamdulillah saat itu saya dipercayai oleh kawan-kawan seangkatan untuk menjadi sutradara dari film catatan akhir sekolah tersebut. Dengan saran dari banyak teman, akhirnya naskah dan alur cerita dari video tersebut jadi. Kebetulan kami saat itu mengambil alur cerita yang hampir mirip dengan video adik-adik tersebut (sepertinya setiap angkatan alur cerita videonya memang sama semua, hehehe), yaitu alur ketika pertama-tama masuk SMA, mendapatkan berjuta kenangan di dalamnya, lulus UAN bersama-sama dan berpisah dengan SMA kita tercinta.

Saya saat sedang mengarahkan kawan-kawan untuk adegan lempar topi kelulusan.

Masih terbayang kuat dalam ingatan saya beberapa part saat kami (crew video dokumenter) berjuang membuat film tersebut. Mulai dari saya yang naik pagar depan SMASA teriak-teriak kencang pimpin kawan-kawan satu angkatan buat ambil gambar lempar topi kelulusan. Heksa dan Grandia yang sibuk membidik kamera dan video dari berbagai angle. Serta kawan-kawan crew lainnnya seperti Dodik, Aan, Gabuk, Pandu (siapa lagi saya lupa, maaf) yang juga sibuk kesana-kemari menyiapkan semua properti yang digunakan untuk pembuatan film tersebut.

Aan (Bundet) sedang membidik gambar dari atas pagar SMASA.

Saya yang sesekali mengarahkan teman-teman dan melihat hasilnya sedikit-sedikit di balik layar kamera dibantu dengan Grandia. Nampak juga Heksa dengan bidikannya serta Gabuk sang properti Man kita :)
Saat persiapan adegan bersalam-salaman dengan Bapak dan Ibu Guru.
Tak berhenti disitu, crew editor video juga harus berjuang mati-matian kejar deadline kurang lebih 5 hari agar video tersebut dapat ditampilkan saat prom night. Kami sibuk mencari dan mengais data kenangan semasa SMA yang berjuta-juta jumlahnya, memilah-milah, dan mengeditnya part per part. Lima hari tersebut kami menginap di rumah Pandu sebagai basecamp kami. Siang hingga malam, malam hingga pagi, pagi hingga siang, mata kami selalu melotot di depan komputer.

Tapi Alhamdulillah semua itu tidak sia-sia, akhirnya kami membuahkan hasil, sebuah karya yang meskipun tidak sekeren film The Raid, tapi ini karya hasil jerih payah kami sendiri. Karya persembahan untuk angkatan 2010 SMASA. Semoga kebersamaan ini akan selalu terjaga sebagai pengingat kebersamaan kita di masa-masa SMA yang indah itu.

Salah satu adegan yang sempat terjepret kamera, yaitu adegan lempar topi kelulusan.
Syukuran crew film dokumenter atas terlaksananya syuting selama beberapa hari.
_________________________________________________________________________________
See the video above, I was reminded of my high school times were wonderful. Period full of mischief and freedom of self-expression. Period in which we get to experience a lot of crazy and very cool. No less important, seeing the video, I was reminded of the days of my generation (SMASA 2010)at that time also made ​​a video documentary like the video. At that time we became the second generation of producing a video documentary on SMASA, finally, to the present can be a tradition.

Coincidence, thank God, I was entrusted by contemporaries to be the director of the film. With the advice of many friends, finally the script and storyline of the video is finished. Coincidence we at that time took a storyline that is almost similar to the video above (it seems every generation video storyline is always the same, hehehe), that is when first entering high school, getting millions of memories in it, pass exam together and split with our beloved high school.

Still remember powerful in my memory some spare time we (crew video documentary) struggled to make the film. Starting from me, who climbed the front fence SMASA, shouted loud lead classmates to take a graduation cap throwing scene. Heksa and Grandia busy aiming the camera and video from various angles. As well, another crew like Dodik, Aan, Gabuk, Pandu (who else I forgot, sorry) are also busy preparing all the properties that are used for making the film.

Not stopping there, the crew video editor should also struggled, struggled chasing a deadline less than 5 days for the video to be displayed at the prom night. We're busy searching and scavenging of data in high school memories are millions in number, sort out, and edit it part by part. The five-day, we stayed at the residence of Pandu as our basecamp. Day to night, night to morning, morning to afternoon, our eyes are always glaring at the computer.

But thank God it was not in vain, we finally come to fruition, a work which although not as cool as the movie The Raid, but the work of our own hard-earned. The work is dedicated to the class of 2010 SMASA. Hopefully this togetherness will always be maintained as a constant reminder of our unity in times of high school that beautiful.

0

Kucing Binatang Kesayangan Rasul Muhammad SAW

Posted on 25 Juni 2014


Nabi Muhammad saw sangat menyayangi semua binatang dan memperlakukan mereka dengan mulia. Namun, tahukah anda bahwa kucing adalah binatang kesayangan beliau? Bahkan Rasulullah saw pun memelihara kucing dirumah dan di beri nama Mueeza. Setiap kali Rasulullah saw menerima tamu, beliau selalu menggendong Muezza dan meletakkannya di paha. Salah satu sifat mueeza yang paling disukai Rasulullah saw adalah Muezza selalu mengeong ketika mendengar suara adzan seolah-olah mengkuti lantunan suara adzan. Dan setiap kali Rasulullah saw pulang ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk kepada majikannya. Sebagai balasan, Rasulullah Saw menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan kucing itu. Kepada para Sahabatnya Rasulullahh saw  berpesan agar memelihara dan menyayangi kucing layaknya keluarga sendiri.
______________________________________________________
Prophet Muhammad very affectionate all animals and treat them with dignity. However, did you know that cats are his favorite animal? Even Prophet Muhammad also has cats at home and given the name Mueeza. Whenever Prophet Muhammad received the guests, he is always carrying Muezza and put it in the thigh. Mueeza trait most preferred by the Prophet Muhammad is Muezza always meowing when he heard the call to prayer as if obeying chanting the call to prayer. And every time the Prophet came home, Muezza up and ducked to his employer. In return, the Prophet expressed his affection by gently stroking the cat's body. To the Companions of Allah Rasulullahh advised that cats like nurturing and loving family.

sumber : http://ourdhesyu.wordpress.com/2012/05/18/kucing-binatang-kesayangan-rasulullah-saw/

0

Bunga "Anggrek Jepang"


Yang saya tahu, bunga ini bernama "Anggrek Jepang". Sebenarnya bunga ini memiliki berbagai warna dan bentuk, tetapi bunga yang kebetulan saya temukan di area Sirah Kencong ini berwarna ungu dan mempunyai lima kelopak bunga. Bunga ini sangat cantik ketika disinari oleh sinar matahari pagi.
______________________________________________________
All I know, this flower called "Japan Orchid". The flowers actually have a variety of colors and shapes, but this flower, which I happened to find in the area of Sirah Kencong is colored purple and have five petals. This flower is very pretty when exposed by sunlight in the morning.

0

Kendaraan Tempo Dulu


Ini merupakan salah satu kendaraan perang yang digunakan oleh tentara pada zaman penjajahan. Kendaraan ini saya jumpai pada saat ada pameran di festival Malang Tempo Dulu.
______________________________________________________
This is one of the vehicles of war used by soldiers in the colonial era. I have encountered this vehicle at the moment there is an exhibition in Malang Tempo Dulu festival.

0

FOCCER-IA3 dan Monumen Trisula


Monumen Tugu Trisula dibentuk dan diresmikan pada tanggal 18 Desember 1972 oleh Deputy Kasad Bapak Letjen TNI Mochamad Jasin di daerah Blitar Jawa Timur tepatnya di Desa Bakung Kecamatan Bakung Kabupaten Blitar selatan. Monumen Trisula dibangun untuk memperingati dan mengenang tragedi pemberantasan PKI didaerah Blitar dimana satuan jajaran Brigade Infanteri Lintas Udara 18/Trisula melaksanakan Operasi pemberantasan PKI dipimpin langsung oleh Danbrigif Linud 18 pertama Kolonel Inf Witarmin.

Sebagai tanda peringatan aksi penumpasan ini di daerah Bakung kabupaten Blitar selatan yang dijadikan Markas Komando operasi ini didirikan satu monumen yang diberi nama “ Monumen Trisula “ monumen ini juga dijadikan suatu tempat bersejarah dimana para prajurit yang masuk dalam jajaran Brigif linud 18/Trisula melaksanakan napak tilas dan melaksanakan tradisi pembaretan Wing Lintas Udara serta melaksanakan renungan atas jasa-jasa yang telah dilaksanakan oleh para pendahulu Brigade Infanteri Lintas Udara 18/Trisula dan tidak sedikit dari masyarakat dan mahasiswa di Wilayah Jawa Timur yang melaksanakan napak tilas dan renungan suci di Monumen Trisula untuk mengenang aksi penumpasan PKI di Blitar Selatan.

_________________________________________________________________________________
Tugu Monument Trisula was formed and inaugurated on December 18, 1972 by the Deputy Chief of Staff Lt. Gen. Mochamad Jasin in Blitar, East Java, precisely in the village of Bakung, Bakung Subdistrict, Blitar south. Trisula monument built to commemorate the tragedy eradication of the PKI in Blitar where the unit ranks Airborne Infantry Brigade 18/Trisula implement PKI eradication operation led by the first 18 Danbrigif Airborne, Colonel Witarmin.


As a warning sign of this crackdown, in the Bakung, south of Blitar districts that made this operation Command Headquarters, established the monument, named "Monument Trisula" This monument is also used as a historical place where the soldiers who entered the ranks of Airborne brigade 18/Trisula implement the trail, carry out the tradition conferring Wing Airborne beret and implement an afterthought for services that have been implemented by the predecessor Airborne Infantry Brigade 18/Trisula and not a few of the community and students in East Java that implements trail, and musings holy in Monument to commemorate the crackdown Trisula PKI were in South Blitar.


0

Aku Rapopo



Aku ra popo adalah bahasa Jawa ngoko yang berarti aku nggak papa / aku baik-baik saja. Kata-kata ini mengisyaratkan penyangkalan bahwa sebenarnya orang yang mengatakan kata itu dalam keadaan tidak baik. Tapi dia berusaha tetap tegar dan mengambil sisi positif dari kejadian ini. Dia memberi semangat pada diri sendiri bahwa dia akan kuat dan tidak akan jatuh. (senyum)
_________________________________________________________________________________
Aku ra popo is Java language that means I'm okay / I'm fine. These words imply denial, in fact the person who said the word was in a state which not good. But he tried to stay strong and take the positives from this incident. He encourages himself that he will be strong and will not fall. (smile)

0

Mereka Lebih Mulia

Posted on 24 Juni 2014



Merekalah yang membuat saya terharu, merekalah yang patut dihargai di negeri ini. Perjuangan mereka untuk tidak meminta-minta itu luar biasa. Saya selalu membiasakan diri untuk tidak memberi uang secara cuma-cuma kepada pengemis, bukan karena saya pelit, tetapi saya tidak ingin menjadikan hal itu (minta-minta) sebagai suatu kebiasaan buruk di negeri ini. Seberapa kecil usaha seseorang untuk tidak meminta-minta masih lebih berharga daripada tangan di bawah.
_________________________________________________________________________________
It is they who made ​​me cry, they are commendable in this country. Their struggle for not begging was incredible. I always get used to do not give money freely to beggars, not because I am a cheapskate, but I do not want to make it (begging) as a bad habit in this country. How small effort do not begging still more valuable than hands under.

0

Mengexplore Vihara


Mereka adalah sahabat saya, namanya Sari dan Gesa. Ya, saya masih sangat ingat kapan kami mengambil foto ini bersama. Foto ini kami ambil di area sebuah vihara yang berada di puncak gunung. Saat itu kami menempuh perjalanan tidak mudah untuk bisa mencapai vihara. Dimulai dari jalan terjal yang menuju ke arah vihara sampai vihara yang ternyata ditutup rapat-rapat untuk umum.

Akhirnya kami harus memutar otak bagaimana caranya agar tetap bisa masuk ke vihara yang cantik itu, karena sudah terlanjur jauh-jauh kemari. Akhirnya kami sedikit melakukan aksi kriminal (nggak apa-apa asal nggak melakukan keonaran dan kerusakan hehehe).

Kami menuruni sebuah tebing terjal di sebelah vihara tersebut, kemudian kami menemukan tangga yang terbuat dari kayu di sebelah vihara tersebut. Tangga itu sebenarnya dipakai oleh tukang bangunan yang sedang merenovasi vihara tersebut. Tapi karena pada saat itu hari minggu, jadi tidak ada pekerja bangunan yang bekerja.

Tangga yang Menjadi Perantara Kami Melakukan Aksi Kriminal

Akhirnya kami bisa masuk vihara dengan aman. Karena kami dalam status ilegal, otomatis kami harus ekstra waspada, karena takut kalau ketahuan. Dan benar saja, sesaat setelah kami mengambil foto dan berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya dengan langkah begitu pelan agar tidak timbul suara mencurigakan, tiba-tiba dari lantai 3 vihara tersebut nampak biksu sedang berjalan, entah biksu itu menatap kami atau tidak, yang jelas saat itu kami bertiga langsung mematungkan diri. Jantung berdegup kencang, berharap tidak ketahuan dan diusir atau bahkan diberi hukuman. Tapi akhirnya kami lolos dari saat-saat yang menegangkan itu.



Selanjutnya aksi mengambil gambar kami lanjutkan dengan sembunyi-sembunyi, dan keadaan pun terus aman hingga kami selesai menjelajahi vihara tersebut.



Di belakang vihara tersebut terdapat pintu khas rumah-rumah china dan rumah-rumah yang terbuat dari kayu seperti singgasana yang biasa dinaiki oleh raja-raja kemudian dipanggul oleh prajuritnya. Disamping vihara tersebut juga terdapat loteng yang menyerupai bangunan tradisi china yang menjulang tinggi sekitar 3 lantai. Sedangkan di tengah-tengah dari vihara tersebut terdapat taman yang cukup cantik yang mirip dengan suasana di Pulau Bali.

Pimtu yang Mirip dengan Pintu Tradisional Rumah China

Bagian Tengah dari Vihara yang Suasananya Mirip di Pulau Bali

Tak hanya berhenti disitu, kami juga menemukan salah satu hewan langka yang baru kami lihat secara langsung saat itu, yaitu kumbang gajah. Biasanya kami hanya bisa melihat hewan itu melalui film kartun doraemon, tapi kini kami melihatnya secara langsung.

Kumbang Gajah yang Sangat Besar
Sepulang dari vihara tersebut, kami menyempatkan diri untuk membeli es yang menjadi idola ketika kami masih anak-anak, yaitu es Wawan, hahaha, ada yang pernah makan es itu waktu kecil? Adakah yang rindu dengan rasa es itu? Ya, saya salah satu yang rindu sampai sekarang. Es yang melegenda pada saat itu (mungkin hingga saat ini) merupakan es yang murah dan enak, bentuknya yang unik dan warnanya yang indah juga menjadikan es ini beda dari es lainnya.
_________________________________________________________________________________
They are my friends, Sari and Gesa. Yes, I still remember when we took this picture together. This photo we took in the area of ​​a temple located on a mountain top. At the time of our trip was not easy to reach the temple. Starting from the steep road towards the temple, and the temple which turned out to be closed to the public.

Finally we had to rack my brain how can we still able to get into the beautiful temple, because it was already far here. Finally we did a little violent crime (it's okay, as long as not doing mischief and damage hehehe).

We descended the steep cliffs beside the temple, and then we found stairs are made from wood beside the temple. The stairs were actually used by the builder who was renovating the temple. But because at the time it was Sunday, so no construction workers are working.

Finally, we can enter the temple safely. Because we were in an illegal status, automatically we have to be extra vigilant, for fear if caught. And sure enough, shortly after we took the picture and move from one location to another with move so slowly in order to avoid sound suspicious, suddenly from the 3rd floor of the temple appears monk was walking, whether the monk looked up at us or not, which clearly then the three of us immediately freeze themselves. Heart pounding, hoping not to get caught and be punished or even expelled. But finally we get away from the stressful moments.

Further we continue our activities take photos surreptitiously, and situation was kept safe until we finished exploring the temple.

On the back of the temple there is a typical door china houses and homes made ​​of wood similar to the usual throne ridden by kings then borne by the soldiers. Besides the temple, there is a loft that resembles the traditional buildings china towering about 3 floors. While in the midst from the temple there is a beautiful garden which is quite similar to the atmosphere on the island of Bali.

Not just stop there, we also find one of the rare animals that we just saw directly at that time, the animal is the elephant beetle. Usually we only get to see the animals through the Doraemon cartoon movie, but now we see it directly.

Coming home from the temple, we took time to buy ice that becomes an idol when we were kids, the ice Wawan, hahaha, anyone ever eat ice that while still a child? Does anyone miss with taste of that ice? Yes, I am the one that miss until now. Ice which legendary at the time (perhaps until now) is a cheap and tasty ice, the unique shape and beautiful color also makes the ice is different from other ice.

0

Motor Antik



One of the antiquities on display at the Festival "Malang Old Days" is a big motors. Big motor is a term for a type of motorcycle harley. This bike does have a size larger than usual motors. At the festival, visitors are free to take pictures with this antique motorcycles.
___________________________________________________
Salah satu benda antik yang dipamerkan pada Festival "Malang Tempo Doeloe" adalah motor besar. Motor besar adalah sebutan untuk sejenis motor harley. Motor ini memang mempunyai ukuran yang lebih besar dari motor biasanya. Pada festival ini pengunjung bebas berfoto dengan motor antik ini.