06/12/15

0

Calon Istriku, Maafkan Calon Suamimu Ini

Posted on 06 Desember 2015



Calon istriku, maafkan calon suamimu ini.
Aku hanya mampu menempatkan cintamu pada urutan ke-6 setelah aku mencintai Allah, Rasul, Abah, Ibuk dan Kakak Perempuanku.
Dan jika nanti engkau bersedia mendampingiku, maafkan aku, aku justru akan menurunkan tahta cintaku padamu pada urutan ke-8.
Karena aku juga harus mencintai kedua orang tuamu.

Calon istriku, maafkan calon suamimu ini.
Sebagai seorang dokter, setiap hari aku selalu berusaha mengobati orang sebanyak dan semampuku.
Ketika berhasil, orang menganggapku sebagai pahlawan yang kuat.
Sejujurnya, aku ini makhluk rapuh.
Aku kuat karenamu.
Dokter adalah profesi yang setiap hari aku geluti.
Tapi sesungguhnya engkaulah dokter pribadiku.
Hangat senyum dan sambutanmu ketika aku baru saja tiba di rumah, itu adalah obat yang setiap hari membuatku tetap sehat, tetap semangat dan tetap bergairah dalam menjalani takdir Allah.
Sabarnya dirimu dalam mendengar segala keluh kesahku selama bekerja, adalah terapi stress yang paling mujarab.
Pun segelas teh hangat yang kau sajikan untukku disela-sela aku membaca jurnal-jurnal untuk tetap memperbaharui ilmu-ilmu medisku, adalah makanan terbaik untuk otakku agar tetap on selama itu.

Calon istriku, maafkan calon suamimu ini.
Maafkan aku yang sehari-hari justru lebih banyak mengurus pasienku.
Maafkan aku yang jarang ada di rumah, dan ketika aku pulang, aku sudah lelah, aku kurang bisa membantumu dalam banyak hal.
Tapi disetiap detikku dalam melayani pasien, selalu terbesit doa untukmu agar engkau selalu sehat, kuat dan semangat dalam melalui hari-hari bersamaku.

Untuk calon istriku, tunggulan saat itu tiba.
Saat di mana calon suamimu ini datang dan meminta Ayahmu untuk merestui setengah jalanmu menuju surga.

Banda Aceh, 5 Desember 2015