26/06/14

0

Monumen Trisula, Pantai Pangi & FOCCER-IA3

Posted on 26 Juni 2014

Mulai dari mengunjungi Monumen Trisula
Sampai Pantai Pangi yang elok jelita.
Inilah salah satu kerjaan saya (kami) di saat usia saya (kami) masih muda. Ya, menghabiskan waktu bersama sahabat mengunjungi tempat wisata, entah wisata sejarah maupun wisata alam. Salah satu perjalanan yang sempat kami rasakan adalah perjalanan menyusuri sebagian kecil dari daerah Blitar Selatan. Dimulai dari mengunjungi monumen trisula sebagai saksi sejarah, sampai pantai pangi yang elok.
FOCCER-IA3 dan Monumen Trisula
Dengan mempelajari sejarah, itu tak membuat kami ketinggalan zaman, justru ini memperkaya khasanah ilmu kami. Dapat mengenang perjuangan para pahlawan dan meresapi nilai-nilai heroik yang ia punya, serta mengambil sisi positif dari kejadian tersebut untuk bisa diterapkan dalam kehidupan kita.
Sisi lain dari Momunem Trisula
Menyatu dengan alam juga menjadi salah satu cara bagi kami untuk mensyukuri keagungan ciptaan Allah. Menyusuri tepian pantai bersama, bermain pasir pantai dan membentuk berbagai macam bangunan, sampai bermain air ombak yang seru. Semua kebahagiaan itu, kebahagiaan menyatu dengan alam dan berbaur dengan sahabat, semua itu tak akan tergantikan. Tentu hal ini tak akan pernah terlupakan, dan kami sangat tidak menyesal melakukan hal-hal gila itu di saat kami masih muda (masih SMA).
Bermain Ombak
Saya nggak paham apa yang mereka lakukan :D
Salah satu gaya yang nggak boleh ketinggalan untuk diabadikan saat bermain ke pantai.
Masa muda yang (kata orang) penuh cinta.
Hahaha, kegilaan lain yang kami lakukan.
Kejadian tak terduga, sang ombak datang dengan kencangnya, hahaha.
Inilah kami, sederhana & bahagia.
______________________________________________________
This is one of our work when we were young age. Yes, spending time with best friend visiting tourist attractions, whether historical tourism and nature tourism. One trip we felt that was a trip down a small part of South Blitar area. Starting from visiting Trisula Monument as a witness to history, until Pangi beach which exquisite.

By studying history, it does not make us obsolete, it's enrich our knowledge. Can commemorate the struggle of the hero, permeates the heroic values ​​that he had, and take the positives from the incident to be applied in our lives.

Blends with nature is also one way for us to appreciate the majesty of God's creation. Down the shore together, play sand beach and established various buildings, until play the exciting waves. All the happiness, the happiness blends with nature and mingling with best friend, all of it could not be replaced. Of course this will never be forgotten, and we are not regret do crazy things when we are young.

0

Pekerja Bianglala / Dremolen


Ini merupakan salah satu jenis pekerjaan yang cukup membahayakan. Pria ini bekerja sebagai operator bianglala (atau orang jawa menyebutnya dremolen) di sebuah pasar malam, pasar malam yang selalu keliling dari satu daerah ke daerah lainnya. Bisakah anda bayangkan betapa besar resiko yang harus dia terima jika terjadi sesuatu dengan bianglala tersebut? Mengingat pria ini bekerja tepat di bawah bianglala tersebut. Apakah pria ini telah mendapatkan asuransi kerja yang layak untuk pekerjaan dengan resiko sebesar itu? Semoga saja iya.
______________________________________________________
It is one kind of work that is quite dangerous. This man worked as a Ferris wheel operator (or the Java call dremolen) in a night market, night market constantly traveling from one area to another. Can you imagine how great a risk that must be accepted if there is a fault with the Ferris wheel? Considering this man's right to work under the Ferris wheel. Does this man have to get insurance for a job working with the risk of it? Hopefully yes.

0

Mengenang Pembuatan Video Dokumenter SMASA 2010



Melihat video di atas, saya jadi teringat masa-masa SMA saya yang indah. Masa yang penuh dengan kenakalan dan kebebasan dalam mengekspresikan diri. Masa di mana kita banyak mendapatkan pengalaman yang gokil dan keren abis. Yang tak kalah penting, melihat video tersebut, saya jadi teringat masa-masa angkatan saya (SMASA 2010) yang waktu itu juga membuat video dokumenter sejenis video tersebut. Saat itu kami menjadi angkatan kedua pemproduksi video angkatan di SMASA yang akhirnya sampai sekarang bisa dijadikan tradisi.

Saya saat masih SMA Kelas X
Kebetulan dan alhamdulillah saat itu saya dipercayai oleh kawan-kawan seangkatan untuk menjadi sutradara dari film catatan akhir sekolah tersebut. Dengan saran dari banyak teman, akhirnya naskah dan alur cerita dari video tersebut jadi. Kebetulan kami saat itu mengambil alur cerita yang hampir mirip dengan video adik-adik tersebut (sepertinya setiap angkatan alur cerita videonya memang sama semua, hehehe), yaitu alur ketika pertama-tama masuk SMA, mendapatkan berjuta kenangan di dalamnya, lulus UAN bersama-sama dan berpisah dengan SMA kita tercinta.

Saya saat sedang mengarahkan kawan-kawan untuk adegan lempar topi kelulusan.

Masih terbayang kuat dalam ingatan saya beberapa part saat kami (crew video dokumenter) berjuang membuat film tersebut. Mulai dari saya yang naik pagar depan SMASA teriak-teriak kencang pimpin kawan-kawan satu angkatan buat ambil gambar lempar topi kelulusan. Heksa dan Grandia yang sibuk membidik kamera dan video dari berbagai angle. Serta kawan-kawan crew lainnnya seperti Dodik, Aan, Gabuk, Pandu (siapa lagi saya lupa, maaf) yang juga sibuk kesana-kemari menyiapkan semua properti yang digunakan untuk pembuatan film tersebut.

Aan (Bundet) sedang membidik gambar dari atas pagar SMASA.

Saya yang sesekali mengarahkan teman-teman dan melihat hasilnya sedikit-sedikit di balik layar kamera dibantu dengan Grandia. Nampak juga Heksa dengan bidikannya serta Gabuk sang properti Man kita :)
Saat persiapan adegan bersalam-salaman dengan Bapak dan Ibu Guru.
Tak berhenti disitu, crew editor video juga harus berjuang mati-matian kejar deadline kurang lebih 5 hari agar video tersebut dapat ditampilkan saat prom night. Kami sibuk mencari dan mengais data kenangan semasa SMA yang berjuta-juta jumlahnya, memilah-milah, dan mengeditnya part per part. Lima hari tersebut kami menginap di rumah Pandu sebagai basecamp kami. Siang hingga malam, malam hingga pagi, pagi hingga siang, mata kami selalu melotot di depan komputer.

Tapi Alhamdulillah semua itu tidak sia-sia, akhirnya kami membuahkan hasil, sebuah karya yang meskipun tidak sekeren film The Raid, tapi ini karya hasil jerih payah kami sendiri. Karya persembahan untuk angkatan 2010 SMASA. Semoga kebersamaan ini akan selalu terjaga sebagai pengingat kebersamaan kita di masa-masa SMA yang indah itu.

Salah satu adegan yang sempat terjepret kamera, yaitu adegan lempar topi kelulusan.
Syukuran crew film dokumenter atas terlaksananya syuting selama beberapa hari.
_________________________________________________________________________________
See the video above, I was reminded of my high school times were wonderful. Period full of mischief and freedom of self-expression. Period in which we get to experience a lot of crazy and very cool. No less important, seeing the video, I was reminded of the days of my generation (SMASA 2010)at that time also made ​​a video documentary like the video. At that time we became the second generation of producing a video documentary on SMASA, finally, to the present can be a tradition.

Coincidence, thank God, I was entrusted by contemporaries to be the director of the film. With the advice of many friends, finally the script and storyline of the video is finished. Coincidence we at that time took a storyline that is almost similar to the video above (it seems every generation video storyline is always the same, hehehe), that is when first entering high school, getting millions of memories in it, pass exam together and split with our beloved high school.

Still remember powerful in my memory some spare time we (crew video documentary) struggled to make the film. Starting from me, who climbed the front fence SMASA, shouted loud lead classmates to take a graduation cap throwing scene. Heksa and Grandia busy aiming the camera and video from various angles. As well, another crew like Dodik, Aan, Gabuk, Pandu (who else I forgot, sorry) are also busy preparing all the properties that are used for making the film.

Not stopping there, the crew video editor should also struggled, struggled chasing a deadline less than 5 days for the video to be displayed at the prom night. We're busy searching and scavenging of data in high school memories are millions in number, sort out, and edit it part by part. The five-day, we stayed at the residence of Pandu as our basecamp. Day to night, night to morning, morning to afternoon, our eyes are always glaring at the computer.

But thank God it was not in vain, we finally come to fruition, a work which although not as cool as the movie The Raid, but the work of our own hard-earned. The work is dedicated to the class of 2010 SMASA. Hopefully this togetherness will always be maintained as a constant reminder of our unity in times of high school that beautiful.