2014

0

Geutanyo Beuna

Posted on 25 Desember 2014

 


Aceh Berduka Kembali
Banjir Melanda Bumi Serambi Mekkah
Saatnya Uluran Tangan Anda
Begitu Berarti Untuk Mereka

GEUTANYO BEUNA
"Gerakan Neubantu Korban Banjir Tanoh Aceh"

Kami Membantu Menyalurkan Sumbangan dari
Anda untuk Korban Banjir Aceh dalam Bentuk Uang yang
Nantinya akan Kami Donasikan dalam Bentuk Barang Sesuai
Kebutuhan di Posko Pengungsian Langsung dari Tempat Anda Berada

Bantuan dapat ditransfer melalui rekening bank berikut ini:
BRI Syariah a.n. Ahmad Husnul Huluq 1019216035
BRI a.n. Ulva Yogia Guslaf 0037-01-087595-50-8
BNI a.n. Fadra Sirvy 0221874875
Bank Syariah Mandiri a.n. Iyan Pradinata Harefa 7060593967

Bantuan kami tunggu sampai Rabu, 31 Desember 2014
 
Contact Person:
Huluq 085655690027 | Fadra 085310801710

More info : www.facebook.com/MenggandengAceh

Salam,
-Menggandeng Aceh
-Alumni Association of Indonesia - Korea Youth Exchange Program (AIKUNA)
-Pcmi Aceh

0

Capek, Lelah, Jenuh

Posted on 24 November 2014

Capek, Lelah, Jenuh

Kalo udah capek pikiran dan badan kayak gini pasti ujung-ujungnya kangen mereka. Kalo udah kangen rumah pasti bawaannya tiba-tiba air mata netes sendiri. Pengen rasanya dekat dengan mereka, pengen dimanjain. Nggak dari buka mata sampe tutup mata tiap hari selalu bergulat dengan kerasnya dunia. Saya tahu hidup memang penuh perjuangan, tapi manusia seutuhnya pun punya rasa lelah dan jenuh suatu ketika. Semoga keadaan seperti ini nantinya nggak akan pernah dirasakan oleh anak-anakku kelak. Cukup saya aja yang saat ini berjuang mati-matian. Jangan sampai anakku pernah merasakan kerasnya nasi yang sudah mengering bercampur semut lembut yang harus dimakan karena tak ada lagi yang bisa mengganjal perut. Jangan sampai Ya Rabb. Amin.

0

Aceh (Gayo) Dunianya Pecinta Kopi

Posted on 21 November 2014

"Coffee is a language in it self"
(Jackie Chan)

Hari kamis merupakan hari yang penuh dengan rutinitas mahasiswa yang harus dilalui tiap minggunya, salah satunya saya. Kamis biasanya menjadi hari yang kurang padat untuk saya, tetapi tidak untuk hari kamis kemarin. Kamis yang beda dari kamis biasanya. Dua skill yang harus dilalui dalam satu waktu dua puluh empat jam cukup membuat otak saya berteriak kepanasan mencari-cari anti piretik untuk mencegah kejang otak padanya.

Bertepatan dengan Banda Aceh Coffee Festival 2014, sepertinya acara itu cocok untuk dijadikan obat penurun panas yang terjadi pada otak saya. Tanpa pikir panjang, langit sore yang mulai memerah saat itu menemani saya untuk beranjak meninggalkan kampus tercinta untuk bergerak menuju lokasi perhelatan tersebut. Bersama empat sahabat saya (sebut saja Reva, Iyan, Ichsan dan Azka) kami melaju di jalanan aspal menantang hujan yang seditik rintik.

Kesan pertama setiba kami di lokasi, excited, meskipun festival tahun ini tidak seheboh dan semegah tahun kemarin. Dengan disambut gapura ala-ala retro tahun 70-an, kami menyempatkan diri untuk mengabadikan momen-momen tersebut.

Sajian pertama dari festival tersebut, kami disambut dengan banyak cafe dengan tempat duduk yang unik yang menjajakan berbagai jajanan Aceh. Sesaat setelah jalan kesana-kemari, barulah kami memijakkan kaki ke gedung utama tempat perhelatan ini digelar. Dan di pintu utama, kami disambut dengan kompetisi mengkompos Sanger (salah satu minuman yang berbahan baku susu dan kopi yang legit dan nikmat rasanya) dengan gaya dan aksi peserta yang memukau sambil melayang-layangkan saringan penyaring Sanger.

Sambutan kedua kami diambil alih oleh seorang pemuda berbadan tegap, tinggi berkaos hitam yang nampak tidak begitu aneh. Sesaat kami tidak menyadari, sesaat kemudian kami terkaget-kaget, seekor luwak bertenteng santai di punggung pemuda tersebut. Ini merupakan kali pertama saya melihat luwak, salah satu hewan pemroses biji kopi, secara langsung di depan mata. Kesan pertama, luwak itu sangat lucu, hidungnya moncong, bola matanya jernih, membuat semakin imut dan ingin meremas-remasnya. Tak tahan kami meliha kelucuan luwak, kami memberanikannya untuk membelai. Belaian pertama berhasil membuat Iyan mencetak rekor baru dalam hidupnya, tak mau kalah saya mencoba memberanikan diri untuk membelai juga. Dan kawk, entah mengapa ketika saya belai, luwak tersebut menggigit tangan saya, ouwh, betapa malang nasibku. Tapi tak mengapa, rasa gigitan itu tak jauh beda dari gigitan kucing dewasa seperti biasa.

Beranjak dari luwak, kami melanjutkan perjalanan menyusuri setiap stand yang menyajikan aneka jenis kopi dengan macam-macam campurannya, aneka cara pemrosesan kopi, aneka penyajian kopi dan aneka cangkir-cangkir imut untuk melengkapi kenikmatan saat menyeruput kopi.
Sampai di tengah hall, kami menemui panggung megah yang bertemakan kopi dengan word art bertuliskan "Coffeeology", sejenak saya berfikir, apa maksud dari tulisan itu, dan saya menyadari ternyata tulisan itu mengarah pada ilmu yang mempelajari tentang kopi. Memang ini kali pertama saya menjumpai istilah itu, karena mungkin memang saya bukan coffee holic, makanya saya kurang mengetahui dengan istilah-istilah dunia kopi.

Tak hanya menyajikan stand-stand yang penuh dengan aneka macam kopi, ternyata festival ini juga memanjakan pengunjung dengan suatu stand yang mereka sebut "Museum Kopi". Tentu semuanya sudah tidak asing dengan istilah tersebut, ya, di stand itu kita bisa belajar banyak mengenai kopi dan segala tentangnya. Mulai dari sejarah, jenis, proses pembuatan, kopi-kopi unik, sampai jenis-jenis kesenian yang dimix dengan kopi. Salah satu yang membuat saya terpukau adalah seni melukis gambar di atas campuran kopi dengan susu panas. Berbagai gambar dapat dibentuk sesuai selera dengan teknik seni yang tinggi.

Berbicara mengenai kopi, meskipun saya buka pecinta kopi yang bisa merasakan kenikmatan kopi di setiap seruputannya, tapi saya juga punya pengalaman tersendiri dengan kopi. Dua kopi yang membuat hidup saya berkesan dengan adalah kopi Dayah Liqaurrahmah dan Kopiko 78°C. Bukan maksud promosi produk di sini, tapi benar adanya, dua kopi tersebut lah yang selama ini membuat saya merasakan betapa nikmatnya meneguk kopi.

Kopi Dayah Liqaurrahmah merupakan salah satu kopi legendaris di dayah tersebut yang mampu menghipnotis setiap orang yang mencicipinya, apalagi saat pertama kali mencicipinya. Termasuk saya, kali pertama saya mencicipi kopi tersebut, waw, inilah, inilah kali pertama saya bisa mengetahui betapa nikmatnya kopi. Rasa kopi yang beda dari biasanya, ketika ketika menikmati setiap tetesan kopi Dayah Liqaurrahmah yang masuk ke dunia pengecapan, ada sedikit rasa perpaduan antara coklat sedikit pahit dengan rasa kopi khas yang sedikit legit. Benar-benar komposisi yang sempurna yang bisa membuat saya untuk menikmati detik demi detik bersama kopi tersebut dan enggan untuk langsung menegak habis kopi tersebut. Inilah kopi Dayah Liqaurrahmah, yang kata sebagian penuntut ilmu di sini menjadi daya tarik tersendiri untuk menuntut ilmu Agama Islam di sini.

Sedang kopiko 78°C mempunyai arti tersendiri mengawal karir akademik saya di Fakultas Kedokteran. Minuman ini merupakan salah satu minuman setia yang menemani larut malam saya sebegai penuntut ilmu, terlebih jika menjelang detik-detik ujian blok. Ya, menurut saya, ini merupakan satu-satunya minuman yang ampuh untuk menghilangkan rasa kantuk yang menyelimutu kelopak mata saya. Meskipun kebiasaan ini tidak baik dalam dunia kesehatan, yang sangat bertolak belakang antara perilaku dengan apa yang saya pelajari, tetapi setidaknya minuman ini telah membantu saya untuk membeli waktu yang kata orang harta termahal di dunia. Setidaknya minuman ini dapat menyelamatkan nilai ujian blok saya ketika harus beradu dengan kersanya dunia. Ya, dunia memang keras, inilah realitas, tidak semua praktisi kesehatan yang mempelajari tentang gaya hidup sehat dapat menerapkan semua ilmu yang dia tuntut, karena memang ini adalah tuntutan peran dari panggung sandiwara dunia.

Banda Aceh, jumat yang panas sebelum beranjak ke Masjid, 211114.

Di depan gapura ala-ala retro tahun 70-an.
Di depan pintu utama sebelum masuk hall pameran.
Penampakan Luwak.
Saya - Reva - Ichsan
Coffeeology
Kopiko 78 (derajat) Celcius
Kopi Dayah Liqaurrahmah
Bersama Iyan di Muesum Kopi

0

Jumat Berduka

Posted on 19 November 2014

Jumat Berduka


Kalender penghitung hari menunjukkan hari ini adalah tepat 10 hari sejak terakhir kalinya saya menulis di blog saya ini. Sepuluh hari yang menurut saya berjalan sangat lama. Sepuluh hari yang menguras tenaga dan pikiran. Sepuluh hari dengan kesibukan yang luar biasa mengurus banyak hal. Dan hari ini, saat sang fajar mulai menenggelamkan diri, bersama itulah saya kembali seperti sedia kala, menjalani hari-hari yang saya idam-idamkan. Malam ini saya kembali bisa merangkai kata mempertalikan jari-jari dengan tuts laptop. Malam ini saya ingin menuangkan banyak cerita yang sudah lama berontak membuat setiap sudut otak terasa sesak. Malam ini saya akan mengabarkan kabar-kabar yang hampir tertelan oleh kejamnya waktu.

Bersama dengan mulainya cerita ini, air mata saya mulai menetes secara tiba-tiba, seakan-akan ini merupakan refleks fisiologis tubuh saya, refleks yang Allah anugerahkan kepada saya. Air mata yang menetes perlahan dari ujung mata ini mengisyaratkan rasa, rasa rindu akan sosok yang menginsprasi diri saya. Tapi kini, saya hanya bisa mendoakan sosok inpirasi tersebut, karena kini beliau telah tersenyum bahagia tengah menanti indahnya hari akhir bersama malaikat-malaikat Allah.

Jumat pagi menjadi hari yang sangat membuat saya terpukul. Telepon genggam berdering tepat pukul 9 pagi. Tanpa firasat apapun, dengan perlahan nama Ibu muncul sebagai pertanda pengirim pesan. Masih tanpa sangkaan apa-apa, dengan perlahan sms tersebut saya buka, hanya terlintas fikiran Ibu yang mungkin menanyakan kabar seperti biasa yang setiap hari beliau lakukan. Tapi sms kali ini beda, sepintas beda, sms yang biasanya diawali dengan kata Assalamualaikum, hari ini beda. Kata pertama yang terbaca dari sms tersebut menunjukkan frasa yang mewakili perasaan duka yang mendalam, Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun.

Siapa? Siapa yang telah kembali menemuiNya? Rasa penasaran menyelimuti pikiran,dengan perlahan kata demi kata kucerna dalam otak. Begitu sampai pada satu kata "Masduki", tunggu. Saya seperti tidak asing dengan nama itu, saya mulai berpikir berapa Masduki yang selama ini saya kenal? Apakah beliau? Beliau ustadz sekaligus kakek yang amat saya kagumi? Hati ini masih belum bisa menerima pikiran otak yang hanya sebatas dugaan-dugaan diri ini. Saya coba yakinkan diri, saya mulai membalas sms Ibu, menanyakan kepastian berita yang saya terima.

Beberapa saat kemudian telepon genggam saya berdering kembali. Dengan rasa penasaran yang luar biasa saya berusaha secepat mungkin meraih telepon genggam itu, secepat mungkin membaca berita yang terkabar dari sms itu. Seketika itu air mata saya menetes sembari memandang sms yang hanya sebatas tulisan. Tetesan air mata mengalir menetes di atas telepon genggam yang tanpa jiwa dan rasa, yang hanya bisa menyampaikan pesan tapi tak bisa merasakan isi pesan itu. Dan pagi itu menjadi Jumat yang sangat berduka bagi saya.

Mbah Duki, begitulah saya sering memanggil beliau. Kakek sekaligus ustadz bagi cucu-cunya ini telah kembali diambil oleh Sang Pencipta. Tanpa ada kabar angin sebelumnya, tanpa ada firasat apa-apa sebelumnya. Rasa rindu yang mendalam terhadap beliau masih sangat saya rasakan saat ini, rindu ingin melihat sosok beliau meski untuk yang terakhir kalinya. Tapi apa daya, semua sirna karena jarak yang membuat semua terasa jauh.

Lebarang tahun ini secara tak sadar menjadi lebaran perpisahan antara saya dan Beliau. Saat lebaran itulah menjadi saat terakhir saya bisa menatap wajah teduh Beliau. Saat di mana saya masih bisa mendengar suara beliau secara langsung, setiap kata yang terucap yang penuh dengan doa dan nasehat. Lebaran yang terakhir Beliau.

Masih teringat kuat di memori saya, lebaran kala itu, kami sempat mengobrol panjang lebar, panjang, sangat panjang lebih dari biasanya. Saat itu saya merasa sangat nyaman. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari Beliau kepada saya perihal Aceh dan keseharian saya. Obrolan yang panjang yang ditutup dengan doa dari Beliau. Setiap kali saya hendak berangkat kembali ke perantauan, kebali ke Aceh, selalu banyak nasihat-nasihat yang meneduhkan terucap. Dan kini, semua nasihat itu hanya bisa saya ulang dalam benak pikiran saya saja, tanpa bisa lagi mendengar logat bicara Beliau yang amat saya kenali.

Besok merupakan hari dimana tepat 1 minggu Beliau meninggalkan kami semua. Saya di sini, yang jauh dari rumah, yang tak bisa langsung ikut berdoa di atas makanya, yang tak bisa ikut mengantarkan Beliau ke tempat terakhirnya, hanya bisa kupanjatkan doa disetiap harinya, disetiap usai shalatku. Tak banyak yang kupinta dariMu Ya Rabb, cukup tempatkanlah Beliau pada derajat yang terbaik di sisiMu Ya Allah. Beliau yang mencintai kami, cucu-cucunya karenaMu. Semoga Kamis malam saat Engkau mengambilnya merupakan pertanda yang dapat mengobati rasa rindu kami pada Beliau. Semoga Kamis malam itu merupakan Kamis malam terbaik Beliau, Kamis malam yang mengantarkan Beliau menjadi Khusnul Khatimah. Amin.

0

Pemuas Mata : Gayo Highland

Posted on 09 November 2014

Pemuas Mata : Gayo Highland

Alam indonesia memang sangat indah dari begitu banyaknya tempat yang menawarkan keindahan alamnya, salah satunya adalah Gayo Highland atau yang dikenal dengan nama Bur Gayo ( bur = Gunung/Bukit ) oleh masyarakat setempat. Gayo Highland merupakan salah satu tempat pariwisata di Takengon - Kabupaten Aceh Tengah.

Alhamdulillah beberapa hari yang lalu saya sempat menyambangi Takengon yang juga di kenal dengan nama kota seribu gunung. Perjalanan saya ke tanah Gayo saat itu bertepatan dengan acara AKMK 2014 (Aksi Kemanusiaan Mahasiswa Kedokteran) yang kami buat di 2 kecamatan di Aceh Tengah, yaitu Kecamatan Bies dan Kecamatan Sili Nara. Saya merasa takjub dengan keindahan alam Bur Gayo , selain udara nya yang segar dan alam yang masih alami, dari Kecamatan Bies yang berada di dataran yang cukup tinggi, saya bisa melihat dengan jelas keseluruhan kota takengon dan kegagahan lapangan pacuan kuda yang menjadi kebanggaan Aceh. Pantas saja orang menyebutnya dengan kota seribu gunung karena kota dingin takengon memang di kelilingi oleh bukit-bukit alam yang sangat natural. Sebuah kota yang sangat indah menurut saya, karena saya selama ini jarang menemui tempat yang seperti ini. Didalam benak saya terlintas pikiran , Alam indonesia sungguh luar biasa!.

Satu lagi hal yang tidak saya duga saya temukan di Bur Gayo, hal ini cukup membuat saya heran. Dari sayup-sayup percakapan beberapa orang di sekitar saya, saya menangkap seperti ada bahasa-bahasa yang tidak asing di telinga saya. Setelah saya meyakinkan diri tentang apa yang saya dengar, kemudian saya bertanya pada salah satu teman saya yang asli dari Bur Gayo, Ristia Janita, dan dia pun menjawab "ya memang banyak orang di sini yang memakai Bahasa Jawa, mereka adalah transmigran dari Jawa". Wah, ternyata apa yang saya dengar tidak salah, banyak orang di sana yang berbicara sehari-hari menggunakan Bahasa Jawa.

Usut punya usut, ternyata memang benar, mereka semua rata-rata adalah transmigran dari Jawa yang sudah menetap beberapa tahun di Tanah Gayo. Takengon menjadi salah satu daerah sasaran program transmigrasi pemerintah karena tanah Gayo yang sangat subur dan cocok untuk dikembangkan sebagai dalam sektor pertanian, banyak pekerja-pekerja dalam bidang tersebut yang diisi oleh orang-orang transmigran dari Jawa. Meskipun saya hanya beberapa hari di sana, tapi dengan Bahasa Jawa yang kerap menghampiri telinga saya, hal ini membuat saya merasa sedang berada di kampung halaman, hal ini sedikit mengobati rasa rindu saya terhadap kampung halaman tercinta.

0

Tajuk Enang-Enang

Posted on 07 November 2014

Tajuk Enang-Enang

Masih dalam rangkaian cerita perjalanan menuju ke Takengon, beberapa jam yang lalu (sekitar pukul 01.00) saya melewati suatu tempat yang cukup menyeramkan. Menyeramkan di sini tidak ada hubungannya dengan mistis, tetapi lebih ke medan. Memang di tempat ini pemandangan sekitar sangat memanjakan mata saya, tapi medan didepan membuat adrenalin saya meningkat. Bagaimana tidak, sebuah bis yang besar harus bisa melewati suatu jalan yang terjal dan berkelok. Usut punya usut, ternyata tempat ini sudah menjadi tempat yang cukup terkenal dikalangan pengemudi gunung karena medannya yang sangat membahayakan. Ya, Tajuk Enang-Enang adalah nama tempat itu.

Dengan mulut yang selalu mengucap namaNya, berharap medan ini dapat terlewati, dibantu dengan petugas kepolisian yang mengawal kami sejak dari Banda, Alhamdulillah medan berat tersebut bisa kami lewati. Meski sempat beberapa kali teriakan-teriakan rasa takut muncul dari kaum hawa mengiringi perjuangan kami karena mungkin gerakan rem yang mendadak dari supir bis.

Kesan tentang terjal dan keloknya Tajuk Enang-Enang memang menancap kuat di memori setiap orang Takengon. Tapi di sini saya menangkap kesan lain yang baru saya temukan pertama kali di Aceh, mungkin karena saya cukup jarang melancong sehingga baru sekarang saya menyadarinya, hehehe. Ya, kesan kedua saya dengan tempat ini adalah udara dingin yang brrrr. Setiap kata yang terucap dari mulut akan selalu diiringi oleh asap putih yang membuat kita tersenyum-senyum sendiri jika menikmati keadaan ini. Asik, unik, karena memang banyak orang yang cukup jarang mengalaminya, utamanya mereka-mereka yang berdomisili di daerah dataran rendah.

Dan, tidak hanya itu saja. Jauh ke belakang, keadaan saat ini juga mengingatkan saya akan sesuatu. Saya pernah merasakan udara yang sedingin ini, bahkan lebih dingin, di suatu tempat yang amat jauh dari Indonesia. Yes, perjalanan kali ini berhasil membuat saya program sick T_T. Ya, saya jadi ingat masa-masa mendekati winter saat saya di Korea Selatan. Dengan udara yang dingin, asap yang muncul setiap kita menarik nafas, telinga yang mati rasa, bibir yang kering, jari tangan yang mati dan telapak kaki yang mati, semua itu pernah saya rasakan, terlebih saat saya jalan-jalan malam di Kota Gangnam. Hm, cukup, cukup, saya tidak ingin jatuh dalam program sick yang lebih parah, nanti malah nggak jadi bakti sosial, hehehe. Ok, sekian dulu live report dari Takengon.

Terminal Terpadu Paya Ilang Takengon-Aceh Tengah. 071114. Dini hari pukul 4.

0

Bertolak ke Takengon

Posted on 06 November 2014

Bertolak ke Takengon

Foto ini saya ambil sore ini ketika melintasi persawahan di Kota Sigli, Aceh. Saat ini saya dan teman-teman rombongan AKMK 2014 sedang dalam perjalanan bertolak menuju ke Takengon. Di Takengon, kami akan mengadakan bakti sosial tahunan yang diadakan oleh FK Unsyiah, dan kebetulan tahun ini daerah sasaran kami adalah Takengon.

Dengan menggunakan bus Kurnia, kami mengawali perjalanan dari Banda Aceh sekitar pukul 14.00 dan diperkirakan kami akan sampai di Takengon pukul 04.00. Saya pribadi baru pertama kali melancong ke Takengon, banyak bayang-bayang yang ada di kepala saya tentang daerah itu. Banyak orang bilang katanya pemandangan di sana sangat memanjakan mata kita, pun dengan cuacanya yang sejuk nan segar.

Hampir sepanjang perjalanan kami (hingga detik ini) diiringi oleh tetesan air hujan yang jatuh dengan gemulai di kaca-kaca bis kami. Langit yang menumpahkan airnya ke bumi ini seolah mengiringi perjalanan kami dengan keberkahan. Semoga tujuan mulia kami untuk membantu sesama di Bumi Takengon lancar dan berkah. Semoga sedikit dari kami ini dapat membawa Aceh menuju propinsi yang lebih sehat. Amin.

Di tengah perjalanan Banda Aceh - Takengon, 061114.

2

Sedikit Dari Kami untuk Sesama

Sedikit Dari Kami untuk Sesama

Beberapa pemuda yang ada di foto ini merupakan sebagian (sangat) kecil pemuda yang sedang berdomisili di Aceh. Tetapi mereka merupakan sebagian besar pemuda yang peduli akan sesama, baik lingkungan maupun manusia. Saya menjumpai sosok isnpiratif seperti mereka beberapa minggu yang lalu dalam sebuah forum yang peduli akan lingkungan dan kesehatan. Mereka, pemuda dengan berbagai latat belakang ilmu yang berbeda-beda bahu-membahu membuat suatu acara yang bermanfaat untuk sesama. Pada saat itu mereka membuat aksi sosial bertajuk kesehatan dan lingkungan di Gampong Jawa, Banda Aceh. Mungkin saya kurang bisa hafal nama-nama mereka satu per satu, karena mungkin pertemuan kami yang terlalu singkat. Tapi saya dapat mengingat muka mereka dengan kuat, karena merekalah wajah-wajah calon pemimpin masa depan yang peduli akan nasib rakyat kecil. Pemuda-pemuda inspiratif, pemuda-pemuda yang peduli, kapan kita bersua kembali dan berbagi untuk sesama lagi? Semoga secepatnya. Semoga perjalanan kalian dalam mengabdikan diri untuk Aceh (dan Indonesia) senantiasa dilancarkan oleh Allah. Amin.

0

Sie Reuboh Buatan Mbak Anna

Posted on 04 November 2014

Sie Reuboh Buatan Mbak Anna

Malam ini saya sowan ke rumah Mbak Anna, Alumni SMASA Tahun 1993 yang berdomisili di Banda Aceh, satu kota dengan saya. Selain sowan ke rumah ngobrol ngalor ngidul, kunjungan saya kali ini juga didukung oleh rasa penasaran saya terhadap salah satu jenis makanan. Jadi ceritanya senin malam kemarin Mbak Anna bbm saya untuk sowan ke rumahnya sekalian nyobain masakannya yang namanya "sie reuboh". Selain karena ingin mempererat tali silaturahmi, saya juga penasaran dengan yang namanya "sie reuboh". Dalam pikiran saya, makhluk apa ya itu?

Ternyata, tara...
Itulah penampakan sie rebuh.

Sie reuboh ini merupakan masakan khas Aceh Rayeuk (suatu daerah di Aceh). Sie reuboh sendiri merupakan bahasa Aceh yang mempunyai arti daging rebus. Daging yang dimaksud di sini adalag daging sapi, meskipun terkadang ada yang memakai daging kambing juga.

Citarasa alami daging sapi masih kuat, dengan bumbu minimalis yang mencuatkan sedikit asam, sedikit pedas, gurih - dibalut aroma harum yang memukau. Kunci kekhasan sajian ini adalah pada cuka enau yang digunakan untuk menciptakan rasa asam. Cuka enau dibuat khusus sebagai bahan dasar membuat makanan ini, berbeda dengan cuka-cuka makan yang biasanya. Aromanya lebih harum bila dibanding dengan cuka makan atau asam cuka botolan. Jenis cuka ini masih populer dan banyak dijajakan di Aceh.

0

Sahabatku, Beswan Djarum dan Menyanyi

Sahabatku, Beswan Djarum dan Menyanyi

Mungkin sebagian dari pembaca sekalian mengenal siapa sosok pria yang ada di foto itu. Dan pasti banyak dari pembaca yang sudah tidak asing dengan yang namanya Beasiswa Djarum.

Ya, kali ini saya punya cerita lucu sekaligus mengherankan dari sahabat saya yang satu ini. Hahaha. Sahabat saya yang satu ini namanya Ichsan (itu sudah nama lengkap dia, ya, hanya satu kata :D), dia asli Aceh tulen dari kota Bireun (salah satu kabupaten di Propvinsi Aceh). Dia sosok orang yang sangat hancur dalam hal musik atau nada. Jika dia menyanyikan sebuah lagu, kita harus berpikir panjang untuk bisa menebak judul lagunya, karena jujur, nada yang dia nyanyikan akan berbeda 180 derajat dengan nada asli lagunya (segitu parahkah? Hahaha). Sampai dia pernah berkata nggak ada satu lagu pun yang dia hafal dari awal sampai akhir, walhasil kalau nyanyi ya cuman reff nya aja diulang sampai kiamat, hehehe.

Tapi malam ini, di Kota Semarang, jam 19.00 WIB tepatnya, Beswan Djarum telah mengubah dia. Sahabat saya yang lolos Beswan Djarum ini melejitkan kemampuannya. Dari yang tidak hafal 1 lagu pun, malam ini dia akan tampil sebagai choir di panggung sekelas Nasional. Super keren memang, tapi dibalik itu kelawakannya masih saja tetap ada, dia bilang "ini lawak kali mas". Karena sampai detik ini juga dia masih belum percaya dengan apa yang bisa terjadi padanya.

Hahaha, mungkin cerita ini terdengar kurang lucu bagi pembaca yang tidak mengenal karakter dia secara langsung. Tapi yakinlah, jika kawan-kawan Pendidikan Dokter 2012 membaca postingan saya ini, bisa jadi topic ini akan menjadi bulan-bulanan di angkatan kami selama satu minggu, hahaha, karena memang dasar si Ichsan yang memang lawak, hahaha.

Terlepas dari semua itu, kita doakan saja semoga penampilannya malam ini lancar. Meskipun tidak sampai membuat penonton terkagum-kagum, tapi minimal jangan sampai lah memalukan diri sendiri (hehehe). Semangat san!!! Jangan lupa pulang bawa oleh-oleh ya, hahaha.

0

Tips Membersihkan Ginjal Secara Alami

Tips Membersihkan Ginjal Secara Alami

Bertahun-tahun Ginjal kita menyaring darah dengan membuang Garam dan Racun. Seiring berjalannya waktu, terjadi akumulasi garam dan memerlukan perawatan pembersihan.

Bagaimana cara kita membersihkan ginjal? Sangat mudah.

• Pertama-tama ambil seikat Seledri.
• Cucilah sampai bersih, kemudian dipotong kecil2 dan masukkan ke dalam panci.
• Lalu tuangkan air bersih dan didihkan selama sepuluh menit dan biarkan dingin.
• Kemudian saring dan tuangkan dalam botol yang bersih dan simpan di dalam kulkas hingga dingin.
• Minum satu gelas setiap hari dan Anda akan melihat semua akumulasi garam dan racun lain yang keluar dari ginjal Anda sewaktu buang air kecil. Anda juga akan melihat perbedaan yang tidak pernah anda rasakan sebelumnya.

Seledri dikenal sebagai pengobatan terbaik untuk membersihkan ginjal dan itu ALAMI!

Silahkan disebarkan ke semua teman-teman anda agar bisa memberi info positif buat banyak orang yang membutuhkan informasi ini. Terutama bagi orang2 yg rutin mengkonsumsi obat dokter

Semoga bermanfaat.

0

AGHYF & USA

Posted on 03 November 2014

Aceh Global Health Youth Forum (AGHYF) merupakan suatu komunitas yang bergerak di bidang eco-health dengan anggota terdiri dari pemuda-pemudi yang sedang berdomisili di Aceh dengan latar belakang disiplin ilmu yang berbeda-beda bekerja sama untuk membuat project lintas ilmu yang dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar dengan 2 project officer kami yang super kece badai. Salah satu project officer kami adalah Muhammad Fathun (Bang Fathun) dan satunya lagi adalah Fairuziana Humam (Kak Ruz).

And this is it, yeay, Kak Ruz, cewek Aceh yang ada di foto itu, adalah salah satu PO kami yang saat ini sedang melanjutkan studi di negeri Paman Sam, kak Ruz menyempatkan diri untuk mengunjungi kantor United Nation dan dengan bangganya berfoto bersama logo AGHYF dan nama-nama semua crew untuk memberikan semangat kepada kami. Meskipun kak Ruz berada jauh di sana, tetapi jarak tak membuat kak Ruz berhenti berkontribusi untuk Aceh kita tercinta.

Terima kasih Kak Ruz atas kiriman fotonya yang membuat kami lebih semangat dalam mengabdi untuk Aceh. Ditunggu ya kak foto-foto request kami yang barengan ama Liberty, hehehe :)

0

Pray For Aceh

Beberapa hari ini Aceh dilanda hujan deras yang bertubi-tubi. Beberapa daerah sudah mulai banyak yang longsor, pun sebagian daerah juga terendam air. Kami memohon segenap doa dari seluruh penjuru tanah air untuk keselamatan Bumi Serambi Mekkah, Aceh. Semoga hujan di Aceh segera normal kembali (tanpa berlebihan) dan pemerintah segera menurunkan bala bantuannya untuk menolong rakyatnya yang sedang ditimpa musibah. Amin. #Pray4Aceh

0

Di mana-mana selalu jadi yang seperti ini. Apakah muka saya mirip laptop, kamera, poster, spanduk, baliho dan kawan-kawannya? Apapun itu saya tetap bersyukur atas segala apa yang Allah anugerahkan kepada saya. Saya sangat bahagia menjalani detik demi detik garis kehidupanku yang telah Engkau gariskan. Semoga ini adalah jalan untukku bisa lebih menggapai ridhoMU. AMIN.

2

Gorontalo, Sedikit Kekayaan Punya Indonesia

Posted on 17 Juli 2014


Tumbilotohe, salah satu tradisi budaya Gorontalo, menyalakan lilin/obor sebanyak-banyak menjelang Hari Raya Idul Fitri. Dengan berbagai kreasi dan sebagian dialirkan di sungai yang membelah kota tersebut. (Sumber Gambar : http://sahabat.kratonpedia.com/data/user/foto/34.jpg)
 "Olohiyo butuhiyo,lanthingiyo polangiyo". Adakah diantara kalian yang pernah mendengar pepatah tersebut. Tentunya sebagian dari kalian mungkin pernah mendengar pepatah tersebut, utamanya buat mereka-mereka orang Gorontalo. Ya, Gorontalo, merupakan sebagian kecil kekayaan Indonesia yang mempunyai peribahasa yang bermakna "siapa rajin dia kenyang, siapa malas dia kelaparan".
 
Sumber Gambar : http://diasporagorontalo.org/wp-content/uploads/2014/06/ei.jpg
 Saat ini, Kamis, 17 Juli 2014, tepatnya pada pukul 23.00 WIB. Sebuah stasiun televisi swasta nasional tengah mengupas peribahasa Gorontalo yang telah saya uraikan sedikit beserta maknanya di atas. Satu hal yang dapat dipetik dari peribahasa tersebut, suatu hasil tidak akan pernah datang secara cuma-cuma, melainkan membutuhkan usaha bagi siapapun yang ingin mendapatkannya. Mereka ada diantara kita, tinggal bagaimana kita, mau atau tidak untuk sedikit berusaha meraihnya.
 
Logo Propinsi Gorontalo (Sumber Gambar : http://regional.gapeksindo.co.id/image/gorontalo.jpg)
Berbicara mengenai Gorontalo, saya mempunyai kenangan khusus dengan propinsi ini, lebih tepatnya dengan salah satu pemudi yang super hebat dari propinsi ini. Ya, perkenalkan, namanya Silvana Panigoro. Putri Gorontalo yang sangat ramah dan energik ini biasa dipanggil Vana, tetapi karena usia saya yang lebih muda, otomatis saya akrab memanggilnya Kak Vana.
 
Silvana Panigoro, Representative of Gorontalo Province for Indonesia-Korea Youth Exchange Program 2012
Kak Vana merupakan pasangan (couple) saya ketika saya menjalani program Indonesia-Korea Youth Exchange Program (IKYEP) di tahun 2012 silam. Saat itu kami (saya dan Kak Vana) kebetulan bisa menjadi pasangan karena kami mempunyai tinggi badan yang sama, lebih tepatnya, kami berdua adalah peserta dengan tinggi badan terndah di antara peserta lainnya, hehehe.
 
Lihat, betapa pendeknya kami dibanding peserta yang lain, hahaha. Karena kami pendek, jadi kami selalu di depan, hehehe.
Itu sekilas tentang bagaimana kami bisa menjadi pasangan dalam program tersebut. Tapi ternyata, lebih di balik itu, Allah sudah merencanakan semua itu. Putri Gorontalo yang selalu riang gembira ini melengkapi perjalanan saya selama di Korea Selatan untuk menyelesaikan program. Sepanjang program saya merasa sangat dekat dan terhibur dengan semua kelakuan yang Kak Vana lakukan. Meski kami mempunyai tautan perbedaan umur sedikit banyak, tapi hal itu tak membuat kami merasa terbatas, karena Kak Vana mampu berperan dan berjiwa muda dengan energinya yang tak pernah habis.
 
Foto ini kami ambil di malam hari beberapa jam setelah kita memijakkan kaki di Negeri Gingseng. Saat itu kami dalam perjalanan dari Bandara Incehon menuju suatu restoran untuk makan malam.
Setiap saat setiap waktu di dalam bis, ketika dalam perjalanan, Kak Vana selalu menghibur kami semua (kontingen Indonesia) dengan suara emasnya. Salah satu bakat yang paling menonjol dari Kak Vana adalah bakat menyanyinya. Suara emasnya selalu mewarnai hari-hari kami selama di Korea Selatan.
Jika mengingat sosok Kak Vana, saya selalu rindu dengan keriangan dan kegembiraannya setiap waktu yang selalu menghibur saya. Meski kadang saya juga teringat sedikit beberapa kecerobohan seorang Kak Vana (hehehe, maaf ya kak). Tapi semua itu tak akan pernah saya lupakan. Setiap pagi kami saling membangunkan, saling mengingatkan jam berapa agenda hari ini harus dimulai, pakai pakaian apa hari ini, bagaimana penampilan saya hari ini, sarapan pagi bersama di hotel, saling bantu membawakan koper dan tas punggung, saling menitipkan barang karena takut kelebihan bagasi (itu saya, hehehe) dan yang selalu kami lakukan bersama, kami selalu berjalan berdua di urutan nomor dua dari barisan kontingen.
 
Lihat. tas biru yang saya bawa itu adalah tas Kak Vana, dan tas hitam yang dibawa Kak Vana itu tas saya. Kami bertukar tas karena tas Kak Vana lebih berat dari tas saya, jadi dengan baik hati saya membawakan tas Kak Vana :D
Kami selalu urutan kedua dalam barisan kontingen kemanapun kami pergi. Ini kami saat berada di bandara Incheon, memijakkan kaki di Korea untuk pertama kalinya. Kami sedang mengantri untuk naik kereta api bandara menuju ruang imigrasi untuk pemeriksaan visa.
Hm, jadi rindu semua masa-masa itu, jadi ingat kapan kita terakhir berjumpa. Saat itu pagi-pagi buta menjelang subuh seusai program, Kak Vana harus segera pergi ke bandara, karena jadwal kepulangannya ke Gorontalo memang jadwal pertama diantara kami semua peserta kontingen. Saat itu kami mengantarkan Kak Vana menuju taksi di depan asrama PP-PON yang sudah siap membawanya melaju ke bandara. Dan, detik-detik perpisahan terjadi, tumpahlah satu-persatu air mata kami, dan tentunya saya salah satu yang paling banyak meneteskan air mata, ya, karena memang saya baru saja menemukan keluarga baru, keluarga baru seperti sosok Kak Vana, putri daerah Gorontalo. Sesingkat itu pertemuan kami, dan saat itu kami harus sudah terpisah.
 
Ini saat pertama kali saya jumpa Kak Vana dan sahabat-sahabat IKYEP 2012 lainnya. Ini adalah hari pertama PDT, dan saat itu kami masih belum menjadi couple.

Saat ini Kak Vana tengah berprofesi sebagai guru bahasa Inggris di sebuah sekolah Islam di Gorontalo. Berdasar timeline facebook (https://www.facebook.com/silvana.panigoro) dan obrolan saya beberapa kali, Kak Vana menjadi seorang guru yang super hebat, yang selalu mendampingi anak didiknya mengikuti kompetisi bahasa Inggris tingkat Nasional. Dan tentunya seorang guru yang selalu menjadi idola murid-muridnya, hal ini nampak dari seringnya foto Kak Vana muncul dalam beranda facebook saya bersama murid-muridnya.
 
Kak Vana dengan murid-muridnya.
Well, sampai saat ini ingatan saya mengenai bagaimana logat bicara Kak Vana masih sangat melekat kuat. Bahkan, terkadang ketika kami sedang mengobrol di dunia maya, saya dapat membayangkan bagaimana logat dan ekspresi yang sedang Kak Vana lakukan. Hm, sampai segitunya kah? Iya, sampai sebegitunya saya mengingat Kak Vana, sosok Kakak yang sangat hebat. Saya merasa sangat beruntung mempunyai kesempatan untuk mengenal sosok yang sangat periang dan inspiratif seperti Kak Vana. Terima kasih Kak Vana telah mau mengenal dan menjadi sosok couple yang saling melengkapi. Semoga kakak nggak malu melihat tulisan saya ini yang biasa-biasa saja, karena sesungguhnya yang luar biasa itu adalah kenangan yang ada dalam otak yang tak kan pernah terlupakan.
Kami sedang update status dunia maya saat kami di Toyoko Inn Japan Hotel, Busan.
Perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta dipagi-pagi buta, bersiap heading ke Korea Selatan.
Disela-sela kesibukan agenda kunjungan di Korea Selatan, kami masih sempat berfoto ria di dalam bis.
Kak Tya (Sulawesi Selatan), Saya, Mang Irwan (Kalimantan Tengah) dan Kak Vana. Saat makan bersama masa-masa karantina.
Kami sedang memakai hanbok, pakaian tradisional Korea Selatan.
Say "Peace...", bergaya dengan batik kontingen.
Kang Asep (Banten), Saya, Kak Vana dan Kak Tya (Sulawesi Selatan). Sarapan pagi di asrama sebelum acara pengukuhan oleh Ibu Menteri Andi Malarangeng.
Kak Vana, Mbak Fani (Jogjakarta) dan Saya di Seoul World Cup Stadium.
 _______________________________________________________
"Olohiyo butuhiyo, lanthingiyo polangiyo". Is there among you who have heard that adage. Surely some of you may have heard that adage, especially for those people Gorontalo. Yes, Gorontalo, a fraction of the wealth of Indonesia, which has a proverb, which means "who is diligent, he was gorged, who is lazy, he is hungry".
Today, Thursday, July 17, 2014, precisely at 23:00 pm. A national private television stations peeling Gorontalo proverb, proverb which I have described above a bit along with their meaning. One thing that can be learned from that proverb, a result will never come for free, but requires effort for anyone who wants to get it. They exist among us, depending on how us, willing or not for a bit trying to achieve.
Talking about Gorontalo, I am have special memories with this province, more precisely with one of the girls are super great from this province. Yes, let me introduce, her name Silvana Panigoro. Gorontalo daughter who is very friendly and energetic this usually called Vana, but because of I am younger, I am used to call her "Kak Vana".
Kak Vana is my partner when I am undergoing Indonesia-Korea Youth Exchange Programme (IKYEP) in 2012 ago. At that time we (I am and Kak Vana) happened to be a couple because of we have the same height, more precisely, we were both participants with the lowest height among other participants, hehehe.
It was a glimpse of how we can be a partner in the program. But it turns out, more behind it, God had planned it all. Gorontalo Princess, which always chirpy, complements I long journey in South Korea to complete the program. Throughout the program I felt very close and entertained with all the behavior which Kak Vana do. Although we have an age difference, but it did not make us feel limited, because of Kak Vana able to act, and youthful, with inexhaustible energy.
Every time any time in the bus, while traveling, Kak Vana always entertaining us all (contingent of Indonesia) with his golden voice. One of the most outstanding talents of Kak Vana was singing talent. Golden voice always color our days during in South Korea.
If remember figure of Kak Vana, I always miss with volatility and excitement every time which always entertained me. Although sometimes I also remember some of the carelessness of a Kak Vana (hehehe, sorry ya kak). But all that I will never forget. Every morning we wake each other, remind each other what time today's agenda should begin, wear what clothes these days, how do I look today, breakfast at the hotel together, help each other to bring luggage and backpack, each entrust the goods for fear of overload luggage (it was me, hehehe) and we always did together, we always walk together in the second sequence of the contingent.
Hm, so missed all that time, so remember when us last met. It was early in the morning before dawn after the program, Kak Vana should immediately go to the airport, because of schedule Kak Vana return to Gorontalo , is the first among our schedule all participants contingent. At that time, we deliver Kak Vana towards the taxi in front of the hostel PP-PON, which is ready to take her drove to the airport. And, the moments of farewell happened, one by one our tears fall, and I certainly one of the most dropping tears, yes, because I just found a new family, a new family like Kak Vana, daughter of Gorontalo province. The shortest of our meeting, and at that time we had been apart.
Currently Kak Vana worked as an English teacher at an Islamic school in Gorontalo . Based on her timeline facebook (https://www.facebook.com/silvana.panigoro) and chat a few times, Kak Vana became a super great teacher, which always accompany their students to follow the English National level competitions. And of course, a teacher which always been an idol of her students, This is apparent from the frequent Vana Kak photo appears in my facebook homepage with his students.
Well, so far my memory about how Kak Vana accent is still very strongly attached. Even, sometimes when we were chatting in cyberspace, I can imagine how the accent and expressions are were Kak Vana doing. Hm, until like that? Yes, until like that, I remember Kak Vana, a very great sister figure. I feel very fortunate have a opportunity to get to know someone who is very jovial and inspiring like Kak Vana. Thank you Kak Vana has been willing to recognize and become a figure of complementary couple. Hopefully you are not embarrassed to see my writing, writing is mediocre, because in fact, is amazing is our memories in the brain, are will never be forgotten.

0

Kesan Kedua Pulang Kampung 2014

Posted on 11 Juli 2014

 
Sumber Gambar : http://bossip.files.wordpress.com/2014/01/men-skin.jpg
Hari ini, Jumat, 11 Juli 2014, satu minggu sudah saya berada di kampung halaman tercinta. Meskipun saya tinggal di desa, tapi keluarga saya memegang erat budaya Eropa (ikut-ikutan Dodit, Stand Up Comedy 4 asal Blitar, hehehe).

Kesan kedua keluarga saya ini nggak ada hubungannya dengan budaya Eropa kok, hehehe. Kesan kedua keluarga saya setelah satu minggu saya berada di rumah adalah "Menjadi lebih putih daripada pertama kali saya datang". Hehehe.

Yup, tidak mengherankan jika hanya dengan satu minggu di kampung kulit saya nampak lebih putih kembali, karena memang dasar kulit saya tidak terlalu hitam. Ya memang di Aceh itu sangat panas sekali, jadi tidak heran jika kulit saya ketika berada di Aceh menjadi makin menghitam. Jika di Aceh saya keluar asrama, terik panas matahari itu rasanya sangat menyengat kulit hingga pedih. Bahkan lama-kelamaan kulit akan menghitam legam. Hal ini ditambah dengan Aceh yang sangat minim sekali curah hujannya, sehingga membuat tanah gersang dan banyak debu bertebaran di mana-mana. Pernah suatu ketika saat itu Banda Aceh benar-benar panas terik, seketika itu saya ingin tahu berapa suhunya, ketika saya cek, ternyata termometer menunjukkan angka 33 derajat celcius. Dapatkah anda membayangkannya? Betapa panasnya itu.
_______________________________________________________
Today, Friday, July 11, 2014, one week I have been at my beloved hometown. Although I live in the village, but my family embrace European culture (The bandwagon of Dodit, Stand Up Comedy 4 from Blitar, hehehe).

The second impression of my family do not have anything to do with the culture of Europe anyway, hehehe. The second impression of my family, after one week I was in the house was "Being brighter than the first time I came". Hehehe.

Yup, it is not surprising that with just one week in the village, my skin looks more white back, because it is the basis of my skin is not too dark. Yes indeed in Aceh was very hot, so do not be surprised if my skin when in Aceh became increasingly blackened. If in Aceh, I came out of the hostel, it was blazing hot sun until the skin feels very painful sting. Even the skin will eventually blackened jet. This coupled with rainfall in Aceh are very minimal, thus making the soil barren and lots of dust scattered everywhere. Once upon a time when the Banda Aceh absolutely scorching hot, I immediately wanted to know what the temperature is, when I checked, it turns out the thermometer showed 33 degrees Celsius rate. Can you imagine? How hot it is.

0

Pesta Demokrasi Pemilu Presiden 2014

Posted on 09 Juli 2014

Sumber gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgs8SWQlgqMoYnnCbSiBL9Ehh2-lcu993PuHDitw7X2a-5HGLFTG0Mxn_fjpYfFo7RdtxbRN3612wC8mhOUfGWreJ28MjtHT6M0hFEmsxoUfcSETmZOh5T6Zi7rsuQQsx1Nz1mhPQQhQyCy/s1600/SL376872+kelingking+pemilu+800.JPG
Hari ini seluruh rakyat Indonesia yang sudah memenuhi syarat sebagai pemilih telah melaksanakan pesta demokrasi pemilihan presiden. Ya, dan itu termasuk saya. Kebetulan pada pemilihan presiden kali ini saya berada di kampung halaman, otomatis saya nggak jadi golput, hehehe.

Rencana saya untuk golput karena prediksi saya hari ini masih di rantau ternyata salah. Hari ini saya menyalurkan aspirasi saya untuk Indonesia 5 tahun ke depan. Sebenarnya tidak ada yang saya takutkan dalam memilih presiden untuk Indonesia kali ini. Saya yakin calon presiden yang sudah mencalonkan diri tersebut memang merasa dirinya mampu dan tidak main-main belaka.

Tetapi di sini bukan itu yang saya takutkan. Saya hanya takut orang-orang yang tiap detiknya memenuhi beranda facebook saya untuk berkampanye menyuarakan calon-calon presiden pilihannya hanya berhenti sampai hari ini saja. Saya takut mereka hanya peduli dengan nasib bangsa ini untuk 5 tahun ke depan sebatas euforia pemilu saja. Saya takut euforia belaka itu justru akan berdampak buruk pada negeri ini. Banyak saat ini orang bermuka dua yang peduli pada negeri ini jika ada maunya saja. Saya inginnya setiap orang memikirkan masa depan negeri ini setiap harinya tanpa harus menunggu momen-momen seperti pilpres kali ini. Saya ingin setiap orang bergerak dan turun langsung ke lapangan, ke jalan raya, mengatasi dan membantu pemerintah dalam mengatasi kemiskinan dan permasalahan-permasalahan lain negeri ini. Jangan nanti ketika sang presiden sudah terpilih kemudian semua lepas tangan, semua nggak mau tahu apa selanjutnya yang terjadi di negeri ini, bahkan ada yang memberikan respon negatif ketika presiden pilihannya membuat kebijakan yang tidak sesuai dengan keinginan pribadinya. Jadi apa? Apa negara ini cuma milik dia saja? Bukan. Negara ini milik kita bersama. Jadi, apapun yang terjadi dengan negara ini, kita harus terus mendukung dan melakukan yang terbaik untuk negeri ini.

Semoga ketakutan-ketakutan saya di atas tidak terjadi. Saya masih ingin berpikir positif terhadap rakyat Indonesia. Semoga hal ini tidak euforia belaka, tetapi benar-benar aksi nyata dari rakyat Indonesia untuk memajukan Indonesia ke arah yang lebih baik. Well, sampai kapanpun, Indonesia akan selalu dalam sanubariku, apapun yang terjadi di negeri ini, disinilah saya hidup dan mendapat penghidupan, tanah air saya yang tak kan pernah tergantikan. I love you Indonesia.
Sumber Gambar : https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xap1/t31.0-8/p720x720/10365449_733723670026910_8569276786618440314_o.png
_______________________________________________________
Today the people of Indonesia who are already qualified as a voter have done the democratic party presidential election. Yes, and that includes me. Incidentally the presidential election this time I was back home, auto, I do not abstentions, hehehe.

I plan to abstentions, because my predictions, today I was at seacoast, but all of it is wrong. Today I channeled my aspirations for the fate of Indonesia next 5 years. Actually there is nothing I fear in choosing the president to Indonesia this time. I am sure, presidential candidates are already running, it felt himself able, and not mere playfulness.

But here, that's not what I was afraid of. I'm just afraid of people who fulfill every second of my facebook homepage for campaigning presidential candidates voicing his choice, just stopped to this day only. I'm afraid they are only concerned with the fate of this nation for the next 5 years limited only election euphoria. I fear the sheer euphoria would likely have a negative impact on the country. Many of today's two-faced people who care about this country if he wants it. I wanted everyone to think about the future of this country every day without having to wait for such moments election, like this time. I want every person move and dropped directly into the field, into the streets, resolve and assist the government in addressing poverty and other problems of this country. Please do not later when the president is selected then all hands-off, all do not want to know what happens next in this country, and some even gave a negative response when the president makes policy choices that are not in accordance with personal desires. So what? What this country only belongs to him alone? Instead. This country belongs to us all. So, whatever happened to this country, we must continue to support and do their best for the country.

Hopefully my fears above does not occur. I still want to think positive about the people of Indonesia. Hopefully this is not a mere euphoria, but actually the real action of the people of Indonesia for Indonesian advancing towards the better. Well, until whenever, Indonesia will always be in my heart, no matter what happens in this country, this is where I live and got a living, my land that will never be replaced. I love you Indonesia.